Rabu, 13 Mei 2020

Body Montok Cewek China


Datok99terpanas - Namaku Hengky, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Shinta yang terpaut lima tahun dariku telah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian penuh.Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk mereka. Bukan hal yang mudah. Sejumlah teman menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yang bagus, tetapi saya tidak ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka. Karena itu aku sangat hati-hati. Kehadiran anak2 jelas merupakan hiburan yang tak tergantikan. Trisnawati kini berusia 10 tahun dan Budi adiknya berusia enam tahun. Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama teman-temannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari telah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa. Sejalan dengan itu, nafsu birahiku yang tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran.Beberapa teman mengajakku mencari wanita panggilan tetapi aku tidak berani. Resiko terkena penyakit mengundurkan niatku. Terpaksa aku bermasturbasi. Sesaat aku merasa lega, tetapi sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang wanita selalu muncul di kepalaku. Agen Situs QQ 

Tidak terasa 3 bulan telah berlalu. Perlahan-lahan aku mulai menaruh perhatian ke wanita-wanita lain. Beberapa teman kerja di kantor yang masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aku lebih suka memiliki mereka sebagai teman. Karena itu tidak ada niat untuk membina hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang wanita semakin meningkat, kesempatan itu datang dengan sendirinya.Senja itu di hari Jumat, aku pulang kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru. Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tidak ada orang yang peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang hendak dilakukan. Rupanya mencari bantuan. Aku mendekat.“Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” tanyaku sopan. Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Saya memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.“Tak usah takut, Mbak”, kataku.”Namaku Hengky. Boleh saya lihat mesinnya?”Walaupun agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata hanya problema penyumbatan selang bensin. Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar tetapi aku menolak. Kejadian itu berlalu begitu saja. Tidak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza.


 Aku sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.“Sekali lagi terima kasih untuk bantuan kemarin sore”, katanya,”Namaku Selly. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut.”“Aku Hengky”, sahutku sopan. Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Wanita itu jelas turunan Cina. Kontras dengan pakaian kantor kemarin, ia sungguh menarik dalam pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah. Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.“Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Kami duduk di meja terdekat sambil memperhatikan orang-orang yang lewat. “Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Tisnawati dan Budi. Trisnawati menunduk menghindari air mata.“Ibu sudah di surga, Tante”, kata Budi polos. Ia memandangku.“Isteriku sudah meninggal”, kataku. Hening sejenak.“Maaf”, katanya,”Aku tidak bermaksud mencari tahu”, lanjutnya dengan rasa bersalah.Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya.

 Akhirnya aku tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola beberapa toko pakaian. Aku juga akhirnya tahu kalau ia berusia 32 tahun dan telah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak. Selama pembicaraan itu sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan badannya sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aku menelan air liur membayangkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.“Nggak berpikir menikah lagi?” tanyaku.“Rasanya nggak ada yang mau sama aku”, sahutnya.“Ah, Masak!” sahutku,”Aku mau kok, kalau diberi kesempatan”, lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi.”“Ah, Hengky bisa aja”, katanya tersipu-sipu sambil menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.Tidak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang.Selly, wanita Cina itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,“Saya menunggu Hengky di rumah.”Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang mau menolak kesempatan berada bersama wanita semanis dan seseksi Selly. Aku mengangguk sambil mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini kesempatan emas. Apalagi sore itu Trisna dan Budi akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.“OK. Malam nanti aku main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aku sudah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis.Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku membersihkan sepeda motorku lalu mandi. Sambil mandi imajinasi seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Selly tanpa pakaian? Pasti indah sekali tubuhnya yang bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu.  

Apalagi aku sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang wanita Cina. Tapi apakah ia mau menerimaku? Apalagi aku bukan orang Cina. Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal. Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku. Andai kata aku diberi kesempatan, tidak akan kusia-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.Jam tujuh lewat lima menit aku berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu. Rumah yang indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.“Pak Hengky?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Selly menunggu di dalam”, lanjutnya lagi.Aku mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Selly keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aku berdiri menyambutnya.“Selamat datang ke rumahku”, katanya.Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk.

 Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.“Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aku juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Selly.“Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh.”“Biar masuk sore aja, Bu”, kata Selly, “Aku di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.“Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu”, katanya sambil menepuk pahaku.Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.“Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Selly membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan.

Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahiku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.“Aku tahu, Hengky suka”, katanya sambil duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Hengky tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.” Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak. Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.Tangannya pun menerobos celana dalamku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan istriku. Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Selly. Ia pasti akan ketagihan.“Au.. Besarnya”, kata Selly sambil mengelus lembut kemaluanku.Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku. Segera setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.



Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan BH.“Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalamnya.Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya. Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi. 

“Ngapain hanya lihat” protesnya.“Aku kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.“Semuanya ini milikmu”, katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotinya. Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya.Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya juga mengeras diiringi getaran jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.“Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu.

 Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.“Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.Aku tahu tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si cantik bahenol nan seksi ini. Tapi aku tak ingin menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi sedikit tetapi sangat nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku. Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras.Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahinya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.Kudorong tubuh bahenol nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang.“Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan!” jeritnya.Kuturunkan pantatku perlahan-lahan.

 Dan.. BLESS!Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya. Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.“OH..”, erangnya, “Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagi aku akan orgasme.“Aku mau keluar, Selly”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.“Aku juga”, sahutnya, “Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam.”Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya.

 Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita sejak kematian isteriku. Dan ternyata wanita itu adalah Selly yang cantik bahenol dan seksi.Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena birahinya telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.“Hengky, kamu hebat sekali, sayang”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”“Selly juga luar biasa”, sahutku, “Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini. Selly tidak menyesal bersetubuh denganku?”“Tidak”, katanya, “Aku malah bangga bisa menjadi wanita pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti?”“Tentu saja mau”, kataku, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.“Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku,” lanjutnya, “Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?”“Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.“Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan.Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu. Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi. Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya. Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.Satu malam di kamar tidurnya. Setelah beberapa kali orgasme iseng aku menggodanya.“Selly”, kataku, “Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini bisa menikmati tubuhmu bahenol, seksi, putih dan mulus seorang wanita Cina.” 

Kunikmati Tubuh Boss Ku yang Bohay


Datok99terpanas - Aku benar-benar lemas mendengar keputusan pihak manajemen perusahaan hari ini, Bulan lalu perusahaan sudah menyampaikan rencananya untuk mengurangi sejumlah karyawan, termasuk pengemudi. Hari ini aku tahu aku termasuk yang kena PHK.Istriku tak banyak bicara ketika kutunjukkan surat pemutusan hubungan kerja itu. Ia hanya memandangi bayi kami yang baru berusia 3 bulan. Terbayang di benak kami bagaimana cara menghidupi bayi ini tanpa pekerjaan. Pesangon yang tak seberapa jumlahnya pasti tak akan bertahan lama.Selama seminggu penuh aku menyibukkan diri dengan iklan lowongan pekerjaan di koran dan mendatangi berbagai macam perusahaan untuk mencari kerja. Hasilnya nihil. Untungnya sorenya istriku membawa kabar gembira.  Agen Situs QQ 

Pak Supandi, lelaki tua yang tinggal tak jauh dari rumah kami kena stroke. Ia harus istirahat total dan berhenti menyupir untuk majikan nya. Kata istriku, majikan pak Supandi butuh supir baru segera. Istriku mengangsurkan secarik kertas bertuliskan nama dan alamat majikan Pak Supandi.Esok paginya aku langsung meluncur ke rumah Pak Gino, mantan majikan Pak Supandi. Rumah Pak Gino luar biasa besar dan mewah. Pembantu Pak Gino membukakan pintu gerbang dan mempersilakan aku menunggu di beranda. Sejenak kemudian Pak Gino menemuiku. Ia seorang lelaki tua, bos sebuah perusahaan peralatan masak di Surabaya.“Kamu tetangga Pak Supandi?” Tanya Pak Gino.“Benar, Pak. Nama saya Dimas”“Kamu kelihatan muda sekali. Berapa umurmu?” Tanya Pak Gino.“24 tahun, Pak”“Sudah lama jadi supir?”“3 tahun, Pak”“Oke, Dimas. Langsung saja. Kamu akan menjadi supir pribadi istri saya. Istri saya adalah Area Manager perusahaan. Ia harus banyak berkeliling ke cabang-cabang perusahaan di kota-kota lain di Jawa Timur dan di Indonesia,” jelas Pak Gino. “Gaji tiga bulan pertama Rp 1,2 juta. Setuju?”“Setuju, Pak”“Kamu mulai kerja hari ini!” kata Pak Gino.


.Seminggu sudah aku menjadi supir Nyonya Gino. Dari karyawan kantor, aku tahu nama Nyonya Gino adalah Astrid, sebuah nama yang elok. Di kantor, para karyawan demikian segan dan hormat padanya, dan tak pernah ada yang bicara buruk tentang perempuan luar biasa ini.Di mobil, ketika tak sedang menelepon, Bu Astrid tak banyak bicara. Seperti pagi ini dalam perjalanan ke Malang, menuju ke kantor cabang. Ia hanya bicara beberapa patah kata bilamana aku terlalu cepat atau terlalu pelan mengemudi.Kami sampai di Malang sebelum tengah hari. Bu Astrid majikan ku langsung memimpin rapat para karyawan. Aku sendiri langsung menuju warung makan di depan kantor. Setelah 3 jam menunggu, perutku mulas. Pasti itu karena sambal pecel lele yang kumakan di warung tadi. Aku mencari WC. Kata karyawan kantor, WC supir ada di bagian belakang. Aku segera menyelinap ke belakang mencari WC yang dimaksud, melewati lorong-lorong sempit tumpukan stok barang perusahaan.Setelah selesai dengan urusanku di kamar kecil, aku bermaksud kembali ke depan melewati lorong-lorong sempit itu. Dinding salah satu lorong itu ternyata adalah kaca salah satu ruang kantor. Tirai dinding kaca itu terbuka sedikit, dan tak sengaja dari celah kecil itu aku melihat sebuah adegan seru, yang sudah pasti bukan kegiatan kantoran pada umumnya.

Seorang lelaki muda sedang asyik memeluk, mencium dan dengan lidahnya menelusuri dada perempuan yang aku kenal betul, yakni Bu Astrid. di atas sebuah sofa di ruang kantor kepala pemasaran cabang Malang.Bagian atas blus Bu Astrid majikan ku terbuka lebar, menampakkan dadanya yang penuh di balik BH yang terurai sebelah. Bu Astrid tampak begitu menikmati itu. Kepalanya terdongak dengan mata terpejam bibirnya terbuka. Kalau tak ada dinding kaca ini, aku pasti bisa mendengar desah-desah nikmatnya. Aku terpaku menikmati adegan kecil di celah sempit itu.Tak sengaja lututku menyentuh tumpukan stok barang pecah belah. Setumpuk piring jatuh berhamburan, menimbulkan suara yang pasti terdengar dari dalam ruangan. Kulihat aksi Bu Astrid dan lelaki itu terhenti seketika. Aku lari menjauh, tak perlu repot-repot menata ulang piring-piring yang berserakan.Satu jam kemudian Bu Astrid keluar dari kantor dan minta balik ke Surabaya. Aku tak berani banyak bicara dalam mobil. Bu Astrid juga tidak, tapi ia kelihatan santai sekali. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah ia tahu aku mengintipnya tadi. Dua puluh menit kemudian, masih dalam perjalaan balik ke Surabaya, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. 

“Dimas, berapa umurmu?” Tanya Bu Astrid tiba-tiba.“24 tahun, bu”“Sudah menikah?”“Sudah, Bu. Saya punya bayi usia 3 bulan”Tiba-tiba Bu Astrid melemparkan satu amplop tebal ke kursi di sebelahku. Sejumlah lembaran seratus ribuan tampak dari ujung amplop yang terbuka.“Itu untuk kamu dan anakmu. 5 juta rupiah!” kata Bu Astrid.“Untuk saya?” tanyaku heran.“Ya, untuk kamu,” tegas Bu Astrid.“Wah, untuk apa ini, ya, bu?” tanyaku tak mengerti. Aku melihatnya dari kaca spion. Bisa kulihat Bu Astrid majikan ku tersenyum dari kaca itu.“Ini uang tutup mulut. Aku tahu kamu mengintip aku sedang bermesraan dengan Seto tadi. Tidak boleh ada yang tahu ini. Kalau Pak Gino tahu, itu berarti dari kamu. Dan kau pasti akan kehilangan pekerjaan. Kunci mulutmu dengan uang 5 juta itu, dan kau tetap bisa bekerja. Paham?” ujar Bu Astrid tegas.Aku terdiam sejenak. Kuberanikan bicara, “Ibu tidak perlu memberi saya uang itu. Saya akan tutup mulut. Ibu bisa pegang kata-kata saya” “Tidak! Ambil saja! Dan jangan bicara lagi!” itulah kalimat terakhir bu Astrid. Selebihnya, ia tidak bicara lagi.

 Besoknya aku menyetorkan uang ke tabunganku tanpa bilang-bilang istriku. Dan selanjutnya, aku menutup mulut rapat-rapat. Hari-hari berjalan seperti biasa, tak banyak yang berubah.Yang sedikit berubah adalah suasana di dalam mobil. Belakangan ini Bu Astrid kerap kali bergeser tempat duduk. Kalau biasanya ia duduk tepat di belakangku, kali ini ia lebih sering bergeser ke kiri. Ia acap kali mencuri pandang ke arahku dari duduknya di mobil. Entah kenapa ia begitu. Yang jelas aku tak pernah berani menatapnya dari balik spion.Pagi ini aku mengantar Bu Astrid ke bandara Juanda. Ia akan bertugas memeriksa cabang Bali selama seminggu. Jadi, selama seminggu ini aku akan stand-by di kantor Pak Gino sebagai sopir cadangan. Tapi selepas siang sebuah sms masuk ke HP-ku. Itu dari Bu Astrid. Bunyinya, : Sopir cabang Bali sakit. Kamu ke Bali siang ini. Sudah saya kirim uang buat beli tiket pesawat. Kamu langsung ke kantor Cabang Denpasar”.Segera aku mendapatkan uang tiket dan alamat kantor Cabang Denpasar dari kantor Surabaya. Senang juga rasanya naik pesawat untuk pertama kalinya. 4 jam kemudian aku sudah berada di Kantor Cabang Denpasar. “Saya lebih nyaman kalau kamu yang nyupir,” kata Bu Astrid begitu duduk di kursi belakang di mobil Cabang Denpasar.

“Kamu banyak tahu jalan-jalan di Denpasar, kan?” tanya Bu Astrid.“Ya, Bu. Saya menempuh SMA saya di sini,” kataku.“Baiklah, langsung ke Hotel Santika Kuta Beach,” perintah Bu Astrid.Setelah check-in di hotel, aku sempat membawakan barang ke kamar Bu Astrid, sebuah kamar cottage tepat di pinggir pantai Kuta. “Ini uang buat cari hotel kecil di sekitar sini. Mobil kamu bawa. HP-kamu mesti stand-by. Kalau saya perlu keluar, saya akan telepon,” kata bu Astrid.“Baik, bu!”Aku mendapatkan hotel kecil tak jauh dari Santika Kuta Beach. Jam tujuh malam kurang sedikit, sehabis mandi, dan mengenakan t-shirt, teleponku bergetar. Bu Astrid kirim SMS. “Charger saya ketinggalan di mobil. Bisa kau antar ke hotel?” demikian bunyi SMS itu. Aku segera beranjak. Ketika sampai di hotel, SMS Bu Astrid datang lagi, “Kamu sudah sampai hotel? Bisa langsung antar charger ke kamar saya?”Dengan charger di tangan, aku bergerak ke bagian belakang hotel dan mencari cottage bu Astrid. Di malam hari suasana cottage itu syahdu benar, dengan tanaman rindang, lampu redup di seputaran cottage dan deburan ombak laut tak jauh dari cottage. Aku mengetuk pintu cottage.“Masuk saja, tidak dikunci!” terdengar suara Bu Astrid. 


Aku tak berani langsung masuk. Ragu aku berdiri di depan pintu.“Masuk, Dimas!” suara Bu Astrid agak meninggi, setengah memerintah.Aku mendorong pintu. Bu Astrid berdiri di dekat jendela yang menghadap ke pantai dengan segelas soft-drink dengan rambut terurai dan senyum manis. Berdebar aku melihatnya. Tank-top merah ketat yang dikenakan membiarkan lekuk-lekuk dadanya terlihat jelas. Belahan dada yang indah itu pun tidak tersembunyikan. Aku menatap kakinya yang jenjang. Shorts putih yang teramat pendek itu menyajikan sepasang paha mulus yang kencang.“Ini chargernya, Bu Astrid. Saya taruh sini, ya!” kataku gugup. Bu Astrid berjalan menghampiriku. Ya ampun! Cara berjalan itu, demikian menggetarkan dada. Seksi nian orang satu ini. “Kamu kelihatan gugup,” ujar Bu Astrid tenang, menatapku dengan pandangan penuh. Tak pernah ia memandangku sedemikian rupa sebelumnya.“Lihat sekeliling. Sebuah kamar yang nyaman dengan lampu redup, dan suara debur ombak. Sempurna sekali, bukan?” kata Bu Astrid. Aroma parfum mahal itu menyergap hidungku. Aku tak tahu Bu Astrid bicara apa, tapi aku menjawabnya. 

“Ya, benar. Sempurna,” kataku. Aku mundur beberapa langkah. Bu Astrid makin dekat ke arahku.“Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Bu Astrid. Wajahnya tak jauh dari wajahku,“Saya….eh…saya, harus segera balik. Saya tidak ingin mengganggu kesempurnaan suasana ini,” kataku.“Begitu?” kata Bu Astrid pelan, meletakkan gelas di meja di sebelahnya. “Kalau begitu, balikkan badan dan tutup pintu itu,” katanya kemudian. Aku menuruti perintahnya. Aku membalikkan badan, dan menutup pintu.“Tidak, begitu, Dimas. Tutup dari dalam, bukan dari luar!” ujar Bu Astrid.Aku terkejut. “Dari dalam? Maksud Ibu?””“Ya, dari dalam. Dan kau tetap di sini. Kita cuma berdua di kamar yang romantis ini. Tidak bisakah kau lihat ranjang itu? Tidak kah kau tahu kenapa aku memanggilmu ke sini? Tidak bisakah kau lihat betapa aku menginginkanmu?”Aku diam terpaku. Tapi ada benda yang mulai terasa mekar di selangkanganku. Bu Astrid mendekatiku dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. “Pangil aku Astrid saja. Bawa aku ke ranjang itu. Aku ingin kamu cumbui aku. Bercintalah denganku. Aku pingin sekali!” Belum sempat aku mengucapkan sepatah kata.Bibir Astrid telah mendarat di bibirku. Dilumatnya aku dengan rakus dan beringas. Entah kenapa aku tak lagi ragu.

 Kubalas lumatan bibir itu dengan tak kalah beringas. Sungguh manis dan segar bibir itu. Astrid segera melepas kaosku dan melepas tank-topnya sendiri, membiarkan dada indahnya telanjang.Aku segera menyergap dada indah itu. Kukulum dan kuhisap habis-habisan puting susu Astrid. Aku yakin itu yang ia suka dan ia mau sekarang. Dan aku benar. Ia mengerang dan mendesah dan membiarku aku mengeksplorasi dada dan lehernya dengan bibir dan lidahku.Kukulum lembut puting merah jambu itu dan kuremas- remas dengan ritme yang lembut pula. Tubuh Astrid bergetar hebat. Dengan ciuman bertubi-tubi dan dorongan dadanya pula, ia menggerakkan aku ke arah ranjang dan menindihku dengan gencar, masih dengan ciumannya yang makin beringas.“Susuku. Aku mau kau hisap putingku lagi. Telusuri sekujur dadaku. Buat aku nikmat. Buat aku melayang, Dimas!”“Kau akan dapatkan yang kau mau, Astrid” kataku tersengal.Kuberi Astrid jilatan-jilatan rakus di puting dan seputaran susunya. Ia membalasanya dengan gerakan yang sangat terlatih dan terampil. Dibalasnya aku dengan menghisap dan menggigit kecil putingku. Dan debur ombak pantai Kuta seperti mendadak membimbing Astrid untuk memintaku melepaskan celana pendek yang dikenakan itu, dan ia tak sabar membantu aku melepaskan celana jeansku.“Lepas celanaku, Dimas. Lepas dan beri aku kejantananmu,” Astrid mendesah ketika mulai kuraih celana itu untuk kulorotkan.

 Tempik indah dan manis perempuan itu menyembul dengan kerumunan rambut halus yang menyemut di sekitarnya.“Kamu mau aku menggerayangi ini dengan lidahku?” tanyaku.“Itu yang aku mau. Do it!” kata Astrid.Ia membantu dirinya sendiri terlentang dan meraih kepalaku. Kubenamkan wajahku di tempat Astrid dan kumainkan lidahku, merangsek sedalam mungkin ke seantero vagina yang basah dan lapar itu. Astrid merintih, mengerang, mendesah dan mengaduh nikmat. “Ohhhh! ooouhhhh! Ouuuhhhh, Dimasss !! That’s good. Terussss. Terusss. Ouuuh!” Astrid terus mengerang di antara debur ombak pantai.Sejenak kemudian, ia mengangkat kepala dan meraih penisku. “Sekarang kau harus merasakan balasanku,” seloroh Astrid. Ia menelan bulat-bulan penisku dan mengulumnya penuh nikmat. Iapun menarik penisku maju mundur mulai dari kecepatan rendah, sedang dan kecepatan tinggi dengan jepitan mulutnya. Aku terengah-engah dibuatnya. Sungguh ahli perempuan ini memberikan kenikmatan pada penisku. Benar-benar mabuk aku dibuatnya.Tak sabar lagi aku. Libidoku sudah naik ke ubun-ubun. Aku menindihnya, menyerang susunya sekali lagi dan membuat Astrid menggelinjang liar di tempat tidur itu.

 Astrid lebih tak sabar lagi. Ia mengulum penisku dan membantuku mencari tempat basahnya.“Senangkan aku, bahagiakan aku, Dimas. Aku mau kamu sejak pertama aku melihat kamu!“Kamu terlalu banyak meminta, Astrid,” kataku.Kubenamkan penisku ke dalam vaginanya yang basah menantang. Kupompa dengan penuh kelembutan dengan gerakan yang kusesuaikan dengan debar nafas Astrid. Kubiarkan penisku mencari titik-titik nikmat di vagina Cina seksi ini. Kuberi ia bonus gigitan-gigitan kecil di puting dan sekujur susunya. Ini membuat Astrid senang bukan main. Tak bisa kujelaskan rintihan, desahan dan erangan Astrid.Aku dan Astrid bercinta semalam suntuk. Astrid hanya memberiku istirahat sejenak sebelum ia mulai menyerang aku lagi. Ia punya banyak teknik permainan yang membuatku terperangah. Dan ia selalu meminta, meminta dan meminta. Ini membuat aku harus mengimbanginya terus, berapa kalipun ia memintanya.Kami berada di Bali seminggu penuh. Astrid pintar bikin alasan untuk tidak perlu datang ke kantor cabang. Ia hanya mau aku mencumbunya terus dan terus tiada habis. Pada malam terakhir sebelum balik ke Surabaya, aku dan Astrid bercinta di dalam sleeping-bag selepas tengah malam di pantai yang sunyi.Begitu balik ke Surabaya, Astrid terus minta aku memuaskannya : di kamar rumahnya ketika Pak Gino dan seisi rumah sedang keluar, dan di mana saja. Kami pergi ke hotel di Malang, Jogja, Madiun, Jakarta bahkan Singapura. Sering pula Astrid minta aku mencumbunya di dalam mobil dan dimana saja ia menjadi horny. 

Selasa, 12 Mei 2020

Ternyata Diperkosa Itu Nikmat Juga.


Datok99Terpanas - Lebih dari 3 tahun aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga, majikanku ini terkenal kaya dan baik apalagi dia adalah kepala desa dan disegani oleh masyarakatnya, majikanku ini bernama Bapak Dimas, selama bekerja disini aku merasakan enak tidak enaknya menjadi pembantu, dan kejadian selama tinggal disini aku pernah diperkosa.
Malam itu sangat panas sekali aku mau tidur aja susah kemudian aku bukalah jendela kamarku supaya anginnya masuk ke kamarku dan aku berganti pakaian dengan daster tipis aku mennyalakan kipas anginnya baru aku bisa tertidur pulas. Yang membuat aku bingung pada waktu itu aku malah bermimpi dengan sopir pribadinya Bapak Dimas.  Agen Situs QQ 

Film semi dewasa klik disini jepang,korea hot banget

Namanya Pak Aris dalam mimpiku dia mendatangiku dan memelukku tanpa pakain dan telanjang total, walaupun usianya yang sudah tua tapi badannya itu yang kekar seperti orang kebanyakan fitnes, beliau mempunyai tubuh yang kekar dan berotot.
Dan yang membuatku geli adalah buah terong yang menggantung indah di pangkal pahanya. Ih, begitu menggemaskan.Perlahan-lahan beliau mendekatiku dan langsung meremas remas buah dadaku yang telah terbuka bebas.
Entah kenapa belaian Pak Aris terasa begitu nyata, seperti bukan dalam mimpi. Bahkan ketika bibir tebalnya mulai melumat kupingku aku sempat tersentak dan perlahan-lahan terjaga dari tidurku. Namun betapa terkejutnya aku saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.


Ternyata apa yang aku rasakan tadi bukan sekedar mimpi. Dihadapanku ternyata benar-benar ada sosok Pak Aris yang memeluk tubuhku.Pak Aris! Apa yang Bapak lakukan? Aku mendorong tubuh Pak Aris kuat-kuat sehingga dia terjengkang ke belakang.
Segera aku menutupi tubuhku yang ternyata juga nyaris telanjang dengan selimut.Tenang, Lis! Sudah lama aku memendam nafsuku terhadapmu! Kembali Pak Aris mencoba merengkuh tubuhku. Namun kembali aku mendorong tubuhnya kuat-kuat ke belakang.
Pergi! Bentakku.Atau saya akan teriak!Silahkan teriak! Percuma saja kamu teriak. Karena tidak akan ada orang yang mendengarmu. Apa kamu lupa, Pak Dimas dan keluarga tadi sore sudah berangkat ke Bandung untuk liburan! Jadi lebih baik kamu turuti saja keinginanku!Pak Aris tersenyum sinis.

Aku semakin ketakutan ketika Pak Aris kembali mendekatiku. Segera saja aku melompat dari ranjang dan mencoba berlari ke arah pintu dengan kondisi telanjang. Namun sial! Aku kalah cepat dengan Pak Aris.
Dengan cepat, ia menyergapku dari belakang dan menghimpitkan tubuhku ke arah dinding. Kedua tangannya mencengkeram kuat lenganku ke atas tembok, sedangkan kedua kakinya mengunci kakiku sehingga aku sulit untuk bergerak.
Aku mencoba untuk meronta sekuat tenaga. Namun percuma, tenaga Pak Aris memang jauh lebih kuat dibandingkan tenagaku yang hanya seorang wanita. Semakin kuat aku meronta, semakin kuat cengkeraman Pak Aris di Tubuhku. 

Tolong, Pak! Lepaskan saya! aku menangis dan mengemis kepada Pak Aris. Namun percuma saja. Beliau tidak mendengarkan perkataanku. Bahkan dengan liar Pak Aris menghunjamiku dengan ciuaman mautnya. 
Lama kelamaan tanagaku terkuras habis. Tubuhku menjadi lemas. Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang bisa aku lakukan hanyalah pasrah dan menuruti aturan mainnya Pak Aris.Perlahan-lahan cengkeraman Pak Aris mulai mengendor.
Perlakuannya yang semula kasar mulai melunak dan berubah menjadi lembut. Bahkan aku mulai masuk dalam permainannya ketika dengan lembut Pak Aris mulai menggesek-gesekkan batan kejantanannya ke atas pahaku.

Seketika itu kakiku terasa lemas dan lunglai. Aku tak kuat lagi menopang berat badanku sendiri, sehingga aku mulai terkulai. Namun dengan sigap, Pak Aris segera menangkap tubuhku, mengangkatnya lalu membopongku ke atas ranjang.
Sesaat terlintas di wajah Pak Aris sebuah senyum kemenangan. Kemudian dengan lembut ia mulai melumat bibirku. Entah kenapa aku tidak kuasa untuk menolaknya. Bahkan ada dorongan kuat dari dalam diriku untuk membalas lumatannya itu.
Nah, begitu dong Lis! Kalau begini kan lebih enak! kata Pak Aris senang.Aku tersenyum tersipu-sipu.Bapak benar, mungkin lebih baik saya menuruti bapak dari pertama tadi. Lagipula, sudah lama juga saya tidak mendapatkan sentuhan laki-laki.

Kembali Pak Aris tersenyum senang.Trus, ngapain kamu tadi pake coba berontak, Lis?”Tadi saya cuma kaget saja. Di balik penampilan bapak yang bersahaja, kok tega-teganya bapak mencoba memperkosa saya.
Tapi, ah sudahlah! Yang pentingkan sekarang saya sudah menjadi milik Bapak!Kembali Pak Aris mulai mencumbuku. Ciumannya mulai merambat melalui leherku kemudian turun ke buah dadaku. Kumis tebalnya yang kasar menyapu kulit dadaku sehingga menimbulkan sensasi tersendiri yang semakin membuatku serasa terbang ke angkasa.
Ciuman dan jilatan Pak Aris terus bergerak turun. Sementara tangan kirinya meremas-remas buah dadaku, tangan kanannya tengah sibuk di pangkal pahaku membuat pilinan-pilinan yang kurasa nikmat.Oh, Pak Aris! Jangan siksa aku seperti ini! rengekku.Pak Aris tidak memperdulikan ucapanku.


Justru ia malah menyibakkan rumput-rumput liar yang menghalangi pintu goa darbaku.Wah, Lis! Indah sekali memiaw kamu. Warnanya merah muda dengan baunya yang semerbak. Oh, sungguh mempesona.
Bagaikan sekuntum mawar merah yang tengah merekah di pagi hari. Pasti kamu merawatnya dengan baik. Oh, Lis! Aku suka sekali dengan memiaw yang seperti ini!Perlahan-lahan Pak Aris menjulurkan lidahnya dan menyapu permukaan klitorisku.
Terasa kasar, memang. Tapi nikmat!Ayolah, Pak! Ouhh, aku sudah tidak tahan lagi. Aku terus mengemis kepada Pak Aris. Namun dia terus mempermainkan emosiku. Akhirnya aku mencari inisiatif lain.

Aku mencoba menggerayangi tubuh kekar Pak Aris sambil mencari-cari buah terong yang menggantung di pangkal pahanya.Dan tidak susah bagiku untuk menemukan buah terong sebesar itu. Dengan lembut dan manja, aku mulai mengocok batang kont*l Pak Aris di sertai dengan pijatan-pijatan yang membuat beliau merem melek.
Perlahan aku membimbing kont*lnya menuju ke memiawku yang sudah basah. Namun dengan nakal, Pak Aris hanya menempelkan dan menggesek-gesekkan ujung kepala kont*lnya di atas bibir vaginaku. 
Terasa geli, memeng. Tapi sensasi yang aku rasakan terasa begitu nikmat. Belum pernah aku merasakan yang seperti ini.Oh, Pak Aris! Ayolah.aku udah nggak tahan lagi, cepet masukin dong!Aku sudah tak bisa tahan diperlakukan seperti itu.

Perlahan aku menaikkan pantatku ke atas untuk menyambut kejantanan Pak Aris yang sudah ngaceng. Kemudian aku menekan pantat Pak Aris ke bawah supaya kont*l itu bisa masuk dengan sempurna.Cerita Seks Perkosa,Cerita Mesum perkosa,Cerit ngentot Perkosa,Cerita Mesum perkosa,Cerita Hot Perkosa,Perkosa Keenakan
Aaarrrghhh! aku menjerit kecil ketika batang kont*l Pak Aris yang besar itu menembus liang vaginaku. Awalnya terasa seret dan perih, karena ukuran k*ntol Pak Aris memang besar dan panjang bila dibandingkan dengan milik suamiku.

Namun setelah buah terong itu tertanam beberapa saat di dalam liang vaginaku, rasa perih itu perlahan berubah menjadi rasa nikmat.Perlahan-lahan Pak Aris mulai mengayunkan pantatnya naik dan turun.
Hooohh.., Pak! Ssstt, enak Pak! aku jadi ngomong tak karuan.Ayo, Lis!Goyangkan juga pan..tatmu! Ooohhh!Aku menuruti kata Pak Aris. Kucoba untuk mengikuti irama dan gerakan-gerakan nikmat yang dilakukan Pak Aris.
Gesekan-gesekan halus antara batang kont*l Pak Aris dengan dinding vaginaku terasa begitu nikmat.Ohhh, Lis! Yabegitu! Terusgoyangkan pantatmu! Uuuhh, oohh, yes!Pak Aris tampak begitu menikmati permainan kami.

Kulihat wajahnya menengadah dengan mata terpejam, seolah meresapi sedotan dari vaginaku. Sesekali dari bibirnya terdengar lenguhan dan desisan kenikmatan.Akupun juga menikmati sodokan-sodokan mantap batang k*ntol Pak Aris.
Bahkan aku memeluk tubuh kekar Pak Aris dengan erat. Seolah tak ingin berhenti dari permainan itu. Keringat mengalir deras melalui pori-pori tubuh kami, sehingga dada bidang Pak Aris yang berbulu lembut tampak mengkilat karena basah oleh keringat.
Aku tidak menyangka, ternyata di usianya yang mencapai setengah abad itu, Pak Aris masih memiliki stamina yang prima. Sampai-sampai aku kewalahan menghadapi goyangan dan sodokan mautnya.

Hingga akhirnya aku merasakan ada sesuatu yang berdenyut dari dalam rahimku.Ooohh, Pak! Saya, mau ke..luar!Ssshhhtt, Arrhhhggg! Aku tidak kuat lagi menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam rahimku.
Namun Pak Aris masih terus mengayunkan kont*lnya keluar masuk dan menusuk-nusuk goa darbaku. Dan beberapa saat kemudian, aku juga merasakan batang k*ntol Pak Aris mulai berdenyut-denyut didalam vaginaku.
Sampai akhirnya.Aaaoouuhhh, Lis! Nikmat bangeet!Cairan putih kental menyembur deras dari ujung tongkol Pak Aris. Pak Arispun kemudian menjatuhkan diri ke sisi tubuhku. Nafasnya tampak terengah-engah dan terlihat kecapean.

Oh, Pak Aris! Bapak memang benar-benar hebat. Sudah lama saya tidak merasakan nikmat seperti ini. Terima kasih ya Pak! Aku memeluk tubuh Kekar Pak Aris.Kusandarkan kepalaku di dada bidang Pak Aris sambil mengelus-elus bulu-bulu lembut yang berbaris rapi sampai ke pangkal pahanya. Dengan lembut pula Pak Aris membelai rambutku yang sedikit oleh keringat. Ah, ternyata diperkosa itu tidak selamanya tidak enak. Kali ini justru aku mengharapkannya lagi. 


Minggu, 10 Mei 2020

Staf Pribadi Bosku Yang Menantang


Datok99terpanas - “Ohhhhhh…ohhhh….ohhhh…enak sekali paaa…ohhh…ohhh…” Erangku karena merasa nikmat. Saat itu aku dalam posisi berdiri membungkuk sambil berpegangan pada meja kerja pak Vincent di ruangannya. Pakaian atasku masih lengkap terpakai, sedangkan celana panjang dan celana dalamku sudah melorot sampai ke mata kaki. Pak Vincent sendiri sedang menyetubuhiku dari arah belakang dengan hanya mengeluarkan penisnya melalui resleting celananya saja. CREK…CREK…CREK …CREK…CREK … terdengar bunyi suara becek dari kemaluanku yang sudah sangat basah “Uuuuhhh…uhhh….Aku sudah mau dapet paaaa…ohhhhhh” Aku mulai merintih nikmat saat orgasmeku terasa akan datang. Pak Vincent mempercepat gerakan pinggulnya supaya beliau juga bisa mendapat ejakulasi bersamaan dengan orgasmeku. “A…A…HHHH…HH..” Aku mendengar beliau berteriak tertahan dengan tubuh bergetar, penisnya ditancapkannya dalam-dalam pada liang senggamaku. “Aku…ss..saya…keluar …” bisiknya tertahan “AHHHHMMMMMMMMM… MMMMMMMMMM… MMMMMMMMMPPPHHHHHHHHHH…” Aku sendiri sedang sibuk menahan jeritan nikmatku sampai mukaku berubah menjadi merah padam.  Agen Situs QQ 

CROOOTT …CROT … CROT …crot …crot … semprotan air mani pak Vincent yang hangat terasa memancar ke dalam rahimku yang saat itu sudah berisi janin berumur tiga bulan yang juga berasal dari benih beliau. Setelah menenangkan diri sampai nafas kami tidak memburu lagi, pak Vincent kemudian mengambil tissue untuk membersihkan kemaluanku dan kemaluannya untuk kemudian membantuku memakai celanaku lagi. Tanpa berciuman dulu karena akan membuat lipstikku berantakan, aku melangkah ke luar dari ruangan beliau karena di luar sana sudah menunggu manajer penjualan yang akan menghadap beliau. Aku memang sering diminta melayani sex cepat di ruang kerja beliau terutama di pagi hari, kami hanya membutuhkan 5 – 15 menit saja untuk mencapai orgasme dan ejakulasi. Salah satu hal yang mengurangi kenyamananku adalah aku harus menahan suara erangan nikmatku agar tidak kedengaran sampai keluar ruang kerja beliau. Aku bukanlah satu-satunya karyawan wanita yang beliau tiduri, tapi hanya aku yang beliau minta untuk melayani sex cepat di kantor. Namaku Mely, umurku saat kejadian ini adalah 34 tahun, statusku sudah menikah dengan satu orang anak. Aku bekerja di sebuah perusahaan IT dan Telekomunikasi di Bandung sebagai staf purchasing merangkap sekretaris untuk pak Vincent. 


Sebelumnya aku adalah staf administrasi biasa, tapi atas permintaan pak Vincent aku kemudian dipromosikan menjadi staf purchasing sekaligus melakukan fungsi-fungsi kesekretariatan terbatas. Pak Vincent merupakan direktur pengelola perusahaan yang juga merupakan pemilik perusahaan. Beliau merupakan orang yang sangat simpatik, penyabar dan telaten dalam mengajari anak buahnya agar bisa membantunya. Pada waktu pertama kali aku ditempatkan di bawah beliau untuk menggantikan sekretarisnya yang mengundurkan diri karena menikah, aku merasa sangat takut sehingga sering sekali berbuat salah. Tetapi beliau tetap mempercayaiku malah pada tahun awal tahun ini beliau mempromosikan aku sehingga gajiku naik hampir dua kali lipat. Walaupun aku sekarang sudah lebih kenal dengan pak Vincent, tapi tetap saja aku sering merasa tidak terlalu nyaman kalau harus menghadap beliau. Salah satu yang membuatku kurang nyaman adalah tatapan mata beliau yang sangat tajam dan kadang-kadang aku merasa seperti sedang ditelanjangi. Ada satu perubahan yang aku alami sejak mendapat promosi yaitu aku berusaha tampil lebih menarik setiap hari untuk pak Vincent, aku tak tahu apa alasan pastinya dari keputusanku ini. 

Pada suatu hari pak Vincent menugaskanku untuk mengikuti seminar dan workshop yang diadakan di sebuah hotel di daerah Jatinangor, tentu saja materinya sangat sesuai dengan pekerjaan dan bidang usaha perusahaan kami. Selain seminar dan workshop yang aku ikuti, di hotel yang sama ternyata ada acara lainnya diselenggarakan oleh salah satu pelanggan terbesar kami. Pak Vincent memutuskan untuk ikut acara ini untuk sekalian bertemu dengan para pengambil keputusan dari perusahaan pelanggan kami tersebut. Oleh karena lokasi penyelenggaraan yang sama, otomatis kami mejadi sering bertemu terutama pada saat makan siang atau coffee break. Tentu saja sebagai staf biasa aku hanya berani menyapa beliau saja, tidak lebih dari itu. 

Tapi ternyata pak Vincent malah yang mulai mengajakku mengobrol, awalnya obrolan biasa seputar pekerjaan di kantor dan materi seminar, tapi akhirnya topiknya meluas ke hal-hal yang lebih bersifat pribadi. Hari ini seminar dan workshop memasuki hari terakhir tetapi materinya sudah tidak ada yang baru sama sekali karena acaranya berupa presentasi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor penyelenggaraan seminar ini. Pada saat coffee break pagi pak Vincent mengajakku untuk jalan-jalan saja meninggalkan acara seminar lebih awal karena beliaupun sudah tidak ada acara lagi. “Tapi suami Mely nanti sore akan jemput pak, rencananya kami akan sama-sama dari sini menengok saudara di Sumedang” Kataku yang kebingungan dengan ajakannya antara tidak berani menolak dengan takut dicurigai suamiku yang lumayan cemburuan kalau nanti tidak jadi ikut ke Sumedang. 

“Habis jalan-jalan saya bisa anterin Mely balik lagi ke sini, jadi tetap bisa ikut ke Sumedang dengan suami kamu” Beliau coba menjelaskan “Memangnya kita mau ke mana pak ?” Aku kembali bertanya “Saya ingin ngajak Mely ke Cipanas Garut untuk berendam di sana, sambil refresing sebentar biar besok segar lagi waktu mulai ngantor” “Hmmmm…asyik juga, tapi Mely ga bawa baju renang” Aku jadi tertarik dengan tawaran beliau. “Saya juga tidak bawa celana renang kok … kita berendam air panasnya tidak di kolam renang, tapi di kolam rendam yang kita sewa sendiri sehingga kita bisa bebas berendam pMely baju dalam atau telanjang sekalian” Katanya sambil tertawa “Boleh juga tuh … Mely mau deh ikut, tapi bapak nanti bener-bener balikin Mely ke sini lagi ya ?” Aku akhirnya setuju dengan ajakan beliau dan tidak terlalu memikirkan pakai apa nanti berendamnya. 

Aku mau mengikuti ajakan beliau karena kesempatan ini jarang sekali bisa didapat oleh staff biasa seperti aku, sebagai boss dan pemilik perusahaan beliau lebih banyak berinteraksi dengan level manajer atau sedikitnya supervisor. Hanya saja posisiku sebagai staff purchasing sehari-hari sering ditempatkan juga sebagai sekretarisnya untuk beberapa urusan administrasi. Aku berharap dengan banyak kesempatan berbicara dengan bossku ini, aku bisa lebih mengenal keinginan beliau yang mudah-mudahan bisa memperlancar pekerjaan dan karirku di perusahaan. Walaupun begitu aku juga punya sedikit rasa khawatir, apakah bossku ini punya agenda lain dengan mengajakku jalan-jalan ke tempat wisata dengan hanya berdua saja. Kemungkinannya bisa saja memang karena hanya ingin bersenang-senang dengan mengajak aku, tapi bukan tidak mungkin juga aku akan diajak menemaninya tidur. 


Kemungkinan kedua lebih mungkin terjadi karena pak Vincent mengajakku untuk menyewa kamar kolam sendiri yang katanya berendam sambil telanjang pun bisa. Apakah itu bukan berarti beliau secara halus mengajak aku “ngamar” ? Sekejap ada perasaan bangga seandainya beliau memang ingin mengajakku “ngamar” berarti aku yang staf biasa ini cukup menarik bagi beliau apalagi aku sudah tidak muda lagi dan bukan gadis perawan. Kalaupun benar aku akan diajaknya berhubungan badan saat di Garut nanti, apa yang harus kulakukan ? Kalau aku menolaknya pasti akan membuat beliau marah besar, sedangkan kalau menurutinya ajakannya apakah aku sanggup memenuhinya harapannya ? Apakah beliau juga akan tetap marah karena tidak puas dengan pelayananku walaupun sudah aku turuti keinginannya untuk bersetubuh ? Apakah setelah melihat bentuk tubuhku dalam keadaan telanjang bulat, apakah beliau masih “berselera” terhadapku ? Begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sehingga akhirnya kuputuskan akan pasrah saja kalau ternyata pak Vincent mengajakku berhubungan badan karena sekarang sudah terlanjur pergi bersamanya. 

Anehnya saat itu aku sama sekali tidak mempertimbangkan statusku sebagai seorang istri atau bossku yang juga sudah berkeluarga. Aku hanya masih menyimpan harapan semoga pak Vincent tidak mengajakku bersetubuh dan benar- benar hanya ingin ditemani berjalan-jalan dan berendam di air panas. Akhirnya kami sampai di Garut, kami tidak langsung pergi ke areal pemandian air panas, tetapi mampir dulu ke sebuah rumah makan untuk makan siang walaupun saat itu masih kepagian. Di sana kami memilih tempat makan lesehan di atas kolam yang lumayan romantis untuk orang yang datangnya berpasangan. Sebagai bawahannya akupun melayani beliau untuk lebih nyaman menyantap pesanan kami. Banyak hal yang kami obrolkan, terutama keingin tahuan beliau mengenai keluargaku dan juga pengalamanku sebelum bekerja di tempat yang sekarang. Aku tidak banyak berani bertanya banyak kalau mengenai latar belakang beliau kecuali beliau memang sedang menceritakannnya. 

Obrolan ini terus berlanjut walaupun makanan telah habis, sehingga aku mulai merasa lebih akrab dengan beliau. Setelah sholat dhuhur besama, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju areal pemandian air panas di Cipanas Garut. Hatiku berdebar dengan kencang ketika pak Vincent membelokkan mobilnya memasuki halaman salah satu motel di sana yang mempunyai halaman cukup luas. Dari jendela mobil beliau kemudian melakukan booking kamar pada beberapa room boy yang sepertinya memang menunggu tamu di gerbang pintu motel. Aku mulai merasa gelisah karena dari pendengaranku, beliau hanya memesan satu kamar saja yang artinya apakah aku akan satu kamar dengan dia berendamnya ? Room boy yang diajak bicara oleh pak Vincent masuk ke dalam front office untuk mengambil kunci kamar yang dipesan, kemudian memberikan isyarat agar kami mengikutinya. 

Pak Vincent memesan kamar yang paling besar di sana, jadi aku mulai berharap mungkin di dalamnya ada lebih dari satu kamar rendam yang terpisah. Setelah memarkirkan mobilnya di car port depan kamar, pak Vincent mengajakku turun dan masuk ke dalam kamar sambil membereskan pembayaran kamarnya. Ya ampun …. Kamar itu memang besar dan luas tetapi tetap saja hanya mempunyai satu kamar rendam dan juga ada tempat tidurnya. Aku mulai gemetar karena kekhawatiranku mulai mendekati kenyataan yaitu aku hanya berdua dengan pak Vincent di sebuah kamar motel yang jauh dari rumah. “Mau langsung berendam atau istirahat dulu ?” Tiba-tiba bossku bertanya “I…i..istirahat aja dulu, Mely mau istirahat dulu” Jawabku agak tersendat, aku pikir dengan meminta istirahat dulu aku bisa menunda untuk berendam air panas. Siapa tahu kalau pak Vincent mau berendam duluan sehingga kalaupun aku dipaksa berendam bisa setelah pak Vincent selesai. Lagi pula kamar ini mempunyai dua ranjang besar, sehingga aku bisa menghindar untuk tidak satu tempat tidur dengan beliau. “Kalau begitu kita istirahat barengan aja dulu, baru nanti berendam bareng juga” Kata pak Vincent sambil mulai melepas sepatu lalu membuka bajunya satu persatu sampai bertelanjang bulat di depanku begitu saja. “Lho … kamu juga buka baju dong, biar nanti tinggal langsung berendam dan baju kita tidak kusut” “Mely ti..ti..dak berani pak …” Jawabku sambil tertunduk dengan badan yang sudah menggigil. 



Aku sekarang benar-benar yakin bahwa pak Vincent memang berniat meniduriku di sini, bukan hanya sekedar ingin mengajak berendam di air panas saja. “Kalau begitu saya bantuin ya …” Kata bossku sambil mendekat dan mulai membuka kancing kemeja atasku satu persatu. “Ja..ja..ngan pak…” aku merintih pelan karena mulai merasa tidak berdaya “Jangan kenapa ?” Tanya bossku lagi, walaupun dengan suara biasa tapi terasa sangat mengintimidasi “Ma…maksudnya …e..ehh … Biar Mley aja yang buka sendiri …” Akhirnya aku merasa harus menyerah dan pasrah pada situasi di mana pak Vincent kelihatannya sudah tidak ingin dibantah lagi. Dengan tangan gemetar aku membuka bajuku satu persatu sampai akhirnya tinggal memakai BH dan celana dalam lalu berdiri mematung dengan kepala tertunduk di depan pak Vincent yang dari tadi melihatku membuka baju. 

Kemaluanku walaupun masih tertutup celana dalam kucoba ditutup dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku aku silangkan untuk menutupi dadaku. “Buka juga dong BH dan celana dalamnya” “Mely malu sama bapak …” “Malu kenapa ? Hanya ada kita berdua kok di dalam sini dan saya kan udah telanjang juga” Akhirnya aku menuruti juga kemauan beliau dengan melepaskan “pertahanan terakhirku” yang membuat kami sama-sama telanjang bulat sekarang. Walaupun sepanjang jalan tadi aku sudah mempersiapkan diri untuk terjadinya peristiwa ini, tapi tetap saja aku sangat ketakutan saat mengalaminya langsung. Tanpa terasa air mata mulai menggenang di mataku, tapi aku tidak berani sama sekali bersuara takut akan membuat suasana makin runyam. Tanganku aku silangkan di depan tubuh dengan kedua telapak tangan menutup kemaluanku sedangkan lengan bagian atasku dipakai menutupi dadaku setidaknya putting susuku. 

Pak Vincent sekarang berdiri tepat di depanku dengan tubuh tinggi besarnya hampir menempel padaku. Penisnya yang hitam kemerahan sudah berdiri tegak dan menempel diperutku. Kedua tangannya kemudian meraih tanganku dan melingkarkannya ke belakang tubuhnya sehingga aku jadi memeluk beliau di bagian pinggang. Daguku lalu diangkatnya dengan tanggannya sampai wajah kami berdekatan lalu beliau mencium bibirku dengan lembut sambil diberi sedikit hisapan-hisapan dan kecupan. Aku belum bisa bereaksi sama sekali saat itu selain mencoba memejamkan mata dengan air mata yang terus berlinang. Dengan sabar pak Vincent menciumku berkali kali sampai akhirnya tanpa terasa aku mulai membuka bibirku yang tipis dan langsung dimanfaatkan oleh beliau untuk memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku. “Mmmmpphhhhh ….hhheehhhh….mmmmppphhhh …” Aku mulai berdesah sebagai reaksi atas ciuman pak Vincent yang semakin gencar dengan permainan lidahnya dan mulai mencairkan keteganganku. 

Tangan kirinya digunakan untuk memeluk tubuhku sedangkan tangan kanannya memegang tengkukku. Tanpa kusadari tanganku yang melingkari pinggangnya mulai kugunakan untuk memeluk pak Vincent sehingga tubuh kami sekarang saling merapat, kulit bertemu kulit. Kurasakan kemaluanku bergesekan dengan pahanya yang berbulu sedangkan penis pak Vincent bergesekan dengan perut dan payudaraku. Gesekan demi gesekan mulai membangkitkan gairahku sekaligus juga keberanianku untuk mulai menyambut aksi beliau. Kemaluanku terasa mulai lembab ……………. Pak Vincent kelihatannya juga merasakan kemaluanku yang mulai lembab dari gesekan dengan pahanya sehingga beliau mulai lebih intensif menggerak-gerakan pahanya pada kemaluanku. Aku meresponnya dengan merenggangkan pahaku sehingga seluruh kemaluanku sekarang bisa bergesekan dengan paha pak Vincent. “Aahhhhhhhhhh …..geli paaak…” Desahku saat pak Vincent mengalihkan ciumannya ke telinga dan leher kiriku “Ohhhhh….oohhhh …. Ohhhh ….ohhh….paaaa….ohhhh…” suara desahanku makin tidak terkendali saat pak Vincent mulai meremas-remas payudara kecilku dengan tangan kanannya. 

Tiba-tiba pak Vincent berlutut di depanku dan bibirnya langsung memangut putting susuku untuk dihisap-hisapnya, sedangkan tangan kanannya sekarang mengelus-elus kemaluanku. “Bapaaaa…oohhhhhh…..paaa….Mely akan diapain ….ohhhhh…..” aku terus mendesah hampir tidak berhenti. “Ouchhhhhh…..hhhhh….shhhh…shhhh.shhhhhh” Hanya desisan yang bisa kukeluarkan saat pak Vincent memasukkan jarinya ke dalam liang senggamaku lalu mengocoknya dengan cepat. Pelan-pelan kemaluanku mulai becek dikarenakan menerima rangsangan-rasangan yang pak Vincent berikan padaku. 

Rasa takutku sudah hilang sama sekali demikian juga kekhawatiran akan mengecewakan beliau karena ternyata aku terus “digarapnya” walaupun sampai saat ini aku masih bersikap pasif. Setelah lubang senggamaku semakin becek dan merekah, pak Vincent lalu berdiri lagi dan dengan perlahan-lahan menekuk kakinya sehingga sekarang penisnya ada di depan vaginaku. Aku mengerti maksudnya yang akan menyetubuhiku dalam posisi berdiri, tapi aku belum pernah melakukannya selama aku menikah dengan suamiku. Jadi aku mencoba membantu beliau dengan merenggangkan kakiku sambil memajukan kemaluanku agar liang senggamanya lebih mengarah kedepan. Ternyata upayaku yang hanya berdasakan naluri itu cukup berhasil, kurasakan kepala penis beliau sudah ada di depan liang senggamaku sambil berputar-putar mencari posisi yang tepat untuk masuk. 

BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS …. Penis pak Vincent akhirnya masuk dengan mulus kedalam liang senggamaku. “UUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHH………..” Tanpa bisa ditahan lagi aku mengeluarkan suara lenguhan keras saking nikmatnya. Setelah seluruh batang penisnya masuk, pak Vincent memelukku dengan kedua telapak tangannya pada buah pantatku. Kemudian dengan perlahan-lahan dia meluruskan kakinya sehingga secara otomatis aku terangkat ke atas oleh dorongan penisnya pada kemaluanku seperti sate dengan tusuknya. 

“Ohhhhhhhh….Mely takut jatuh paa ….” Sambil melenguh nikmat aku juga merasa takut akan jatuh karena hanya tubuhku diangkat hanya oleh kekuatan otot penisnya saja. “Belitkan kedua kaki kamu ke pinggang saya sebagai pengait supaya tidak mudah jatuh” Perintahnya Aku segera mengaitkan kakiku melingkari pinggangnya dan tanganku memeluk lehernya, sedangkan kepalaku aku sandarkan pada bahu beliau. Setelah beliau yakin aku menempel dengan benar pada tubuhnya, dia lalu mulai menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur. “Ohhhhh….ohhhhh….ohhhhh…ohhhh….bapppaaakkk.. aaahhhh…ohhhh….ohhhh….ohhh…paaakk…enaaak” Pak Vincent menyetubuhiku yang digendong dalam pangkuannya sambil berjalan keliling ruangan. Bersetubuh seperti ini benar-benar tidak pernah terpikir olehku dan tidak pernah terbayangkan akan aku alami karena suamiku hanya melakukan hal-hal yang biasa saja. Walaupun pergerakan penis pak Vincent sangat terbatas, tapi posisi penisnya yang tegak dan tertekan oleh berat tubuhku sendiri membuat terasa sangat nikmat seolah-olah menembus sampai jantungku. 

“Ohhhh…ohhhhh….ohhh….ohhhh….ohhh..” aku terus mendesah mengikuti gerakan bossku Tak berapa lama kemudian pak Vincent menyandarkanku ke dinding kamar dan mulai menggenjot penisnya dengan lebih cepat karena beban dari berat tubuhku sudah tertahan sebagian oleh dinding kamar. “Addduddduuuuhhhhh…ohhhhh….ohhhhh… ..ohhhh…ouchhhh…..aahhhh….ohhhh…” desahanku semakin menjadi-jadi. “AAAAAAAAAAAA.. RRRRRRRHHHHHHHHHHHHHH……………….” Akhirnya aku mengerang nikmat dengan keras saat orgasmeku datang. Pak Vincent menurunkan intensitas genjotan penisnya untuk memberikan kesempatan padaku menikmati orgasmeku. “Adduuuuuhhhh…. Enak sekali paakkk” Bisikku di telinga beliau “Kita sekarang main di ranjang ya sayang … Saya belum keluar…bantu saya ya sayang” Balas pak Vincent dengan lembut. 

Aku hanya bisa mengangguk pelan karena seluruh tenagaku seolah-olah telah tersedot habis oleh orgasme tadi. Pak Vincent kemudian menurunkanku sampai kakiku bisa menapak ke lantai sebelum kemudian melepaskan penisnya dari kemaluanku. Penisnya kelihatan sekali masih keras dan tegak walaupun sekarang warnanya lebih kemerahan dibandingkan sebelumnya. Kemudian aku dibopongnya ke ranjang. “Uhhhhhhh….” Aku kembali mendesah saat beliau melepaskan penisnya dari kemaluanku. Di tempat tidur aku hanya bisa tergolek lemas, tapi aku masih ingat permohonan beliau yang ingin dibantu untuk bisa berejakulasi olehku. Oleh karena itu kucoba mengangkangkan kakiku agar menjadi isyarat bahwa aku masih siap menyambut lagi beliau supaya mencapai ejakulasi. 

Aku gosok-gosokkan tanganku pada kemaluanku supaya tetap merekah dan basah. Pak Vincent lalu naik ke ranjang sambil mengocok-ngocok penisnya sampai ke dekat kemaluanku dan langsung memasukkannya lagi ke dalam liang senggamaku. BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS ……………. “AAAAAAAAAAAAAAAA.. HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Penis pak Vincent benar-benar bisa mendatangkan kenikmatan bagiku walaupun aku lihat tidak terlalu besar atau panjang ukurannya. “Euuhhhhh….euhhhhh…euhhhh….euhhhh…euhhhh…” aku terus melenguh saat pak Vincent mulai memompakan penisnya dari atas tubuhku. “Ooooohhhh…ohhhhh….bapppaaa…. teruss…paaa…auhhhhh… aaaahhh” aku meracau Pak Vincent memompa semakin kencang dan kemaluanku semakin basah bahkan mulai banjir mengalir keluar. CROK…CROK ….CROK ….CROK ….CROK …. Kudengar suara penis pak Vincent yang menembus kemaluanku yang sudah sangat basah “Ohhhhh…ohhhh….paaaaa….Mely mauuu dapet lagiiii….ooohhhh” Aku beranikan untuk melingkarkan kakiku pada pantanya beliau untuk membantu tekanan saat memompa penisnya. “AAAAAAARRRRRRRRRRRRRR… KKKKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH …..” Aku kembali mengerang saat orgasme keduaku datang Aku coba menekan kakiku yang melilit pantat beliau supaya bisa menikmati orgasmeku tapi rupanya beliau juga sedang menunggu ejakulasinya yang sudah dekat. 

“Melyyyy….saya akan semprotkan di dalam….AHHH…AHHH…AHHH…ahhh….ahhhh….ahhh” Teriak beliau sedikit tertahan SRRROOOOOT …..SROOOOOT ….SROOOOTTTT….srrrt ….srrrt….srrrt … kurasakan semprotan air mani bossku yang sedang menaburkan benihnya di rahimku. “Ahhhhhhhhhhhhh…..” Pak Vincent mendesah lega setelah semua air maninya keluar Kami lalu berciuman dan berpelukan dengan mesra seperti sepasang kekasih bukannya boss besar dengan karyawan level bawahnya. “Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Tanya pak Vincent dengan lembut membuka percakapan dengan tetap menindihku dan tanpa menarik penisnya dari kemaluanku. “Bisa pak, enak sekali malah… asalnya Mely takut sekali…tapi kalau tau bakal enak kayak ini Mely udah mau dari dulu-dulunya” Cerocosku panjang lebar “Emangnya kamu ga apa-apa saya setubuhi ?” Pak Vincent keheranan dengan jawabanku “Bagi orang seperti Mely, bapa udah milih Mely untuk disetubuhi saja rasanya udah gimana gitu ….” Jelasku “Sebenernya waktu bapa ngajak Mely ke Garut buat sewa kamar rendam, Mely udah merasa pasti ujung-ujungnya bakal diajak bersetubuh” Sambungku sambil tanganku membersihkan noda lipstikku yang menempel di pipi dan sekitar bibir beliau “Mely ngerti lah kalau orang yang udah gede mandi bareng bakal ngapain …” “Jadi waktu Mely iyain, itu artinya sudah termasuk kesediaan Mely disetubuhin bapak” Kataku agak manja “Kalau Mely masih perawan mungkin bisa lain ceritanya atau mungkin juga tetep sama”. 


“Malah yang Mely paling takutkan bukan disetubuhinya, tapi takut tidak bisa memuaskan bapak atau membuat bapak marah” Sambungku “Mely tidak tahu, orang-orang gede seperti bapak itu maunya apa kalau lagi bersetubuh” “Kalau orang-orang kecil seperti suaminya Mely mah gampang sekali nebak maunya” AKu masih nyerocos “Mely tinggal ngangkang dia langsung tembak, selesai …mmmmpppphhhhhh” Pak Vincent hanya tersenyum lalu mencium bibirku untuk menghentikan omonganku yang menggelontor hampir tidak berhenti. Kami kembali berciuman mesra dengan memainkan lidah masing-masing dari cara menciumnya aku bisa belajar ciuman yang dalam dan membangkitkan gairah. Selama ini aku hanya berciuman dengan suamiku hanya mengadukan bibir saja dan paling banter seperti bertukar ludah. “mmmmmmpppphhhhhhh….ahhhh… mpppppphhhhhhh……ohhhhhh…..mpppphhhh” Saat berciuman aku tidak bisa menahan desahanku karena penis pak Vincent walaupun sudah tidak sekeras sebelumnya kurasakan berkedut-kedut di dalam liang senggamaku sehingga menimbulkan rasa geli yang nikmat. 

Aku kemudian membalasnya dengan menggerakkan otot kemaluanku untuk meremas-remas penisnya dengan gemas sambil tanganku menekan-nekan pantatnya. “Ahhhhhh….” Desahku saat pak Vincent mencabut penisnya dari kemaluanku dan berbaring di sampingku. Aku mencoba memberanikan diri merebahkan kepalaku di dadanya berharap beliau bersedia memelukku, ternyata beliau menyambutku dengan mesra, bukan hanya membalas pelukanku tetapi juga membelai-belai tubuh dan rambutku. Bossku itu juga minta aku merapikan bulu kemaluanku karena beliau lebih senang bulu yang rapi tipis dan minta waktu nanti kami bersetubuh lagi sudah berubah. Walaupun suamiku sebenarnya lebih suka kemaluanku berbulu lebat, tapi aku memilih akan menuruti kemauan pak Vincent saja dan aku akan cari alasan untuk suamiku. Apalagi dari kata-katanya itu artinya beliau mau mengajakku bersetubuh lagi di lain waktu yang membuat hatiku semakin berbunga-bunga. Setelah cukup beristirahat, kami lalu mandi berendam bareng di bak air panas yang tersedia di kamar mandi hotel. Kami berendam sambil berpelukan, pak Vincent memelukku dari belakang sehingga tangannya bisa memeluk sambil memainkan kemaluanku, meremas-remas payudaraku dan memainkan putting susunya.

“Geli paaakk….ohhhhh…hhhhhh ….shhhhhhhhh” Aku mulai mendesah dan mendesis saat pak Vincent menciumi leher dan kupingku sedangkan jarinya mulai dikeluarmasukkan ke dalam liang senggamaku yang terendam air. Tanpa sadar badanku mulai menggeliat-geliat karena rangsangan yang dilakukan beliau. Aku juga merasakan penis bossku itu mulai mengeras di belakang punggungku sehingga membuatku semakin terangsang. “Ohhhhhh….bapaakk…Mely pengen disetubuhi lagi…shhhhhhh” Aku memberanikan diri meminta beliau menuntaskan birahiku yang sudah sampai keubun-ubun. Beliau lalu mencabut jarinya dari liang senggamaku dan mengangkat pantatku sedikit sehingga penisnya bisa diarahkan pada kemaluanku dari arah belakang. BLESSSSSSSSS ……….. “OOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHH……………….. nikmat sekali pakkk” Erangku menyambut masuknya penis beliau ke dalam tubuhku. “Euhhhhh….euhhhhh…euhhhh… euhhhhhh…euhhhh” Aku coba berinisiatif menggerak-gerakkan tubuhku naik turun di dalam air sambil berpegangan pada pinggir bak. Gerakan naik turunku menimbulkan gelombang pada air bak yang makin lama semakin bergolak tak teratur seperti juga gairah kenikmatanku yang terus semakin bergelombang naik. “Heeeehhhhhh ….Heehhhhh ….Heeehhhhh ….Heeehhhhh…” aku mencoba menaikkan tempo gerakanku tapi tetap saja hambatan air membuat gerakanku seperti gerakan slow motion di filem-filem. Pak Vincent mengimbangi gerakanku dengan menaik turunkan pinggulnya sedangkan tangan kanannya semakin gencar meremas-remas payudaraku dari arah belakang dan tangan kirinya memainkan kelentitku. “Oooohhhh ….ohhhh….ohhhhh….ohhhh….ohhhh…..ohhhhh” Gerakanku semakin liar dengan rangsangan dari beliau “Meeellyy DAPEETTTTT LAGI …..OHHHHHHHHHHHHHH” Aku menjerit saat mendapat orgasme pertama di dalam air. Aku berhenti menggerakkan tubuhku untuk menikmati gelombang orgasmeku yang luar biasa bagiku dengan nafas agak tersenggal-senggal. 

Pak Vincent masih menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisnya tetap naik turun di dalam liang senggamaku, tangannya di silangkan di dadaku sambil meremas kedua payudaraku dengan lembut. Bibirnya yang hangat kurasakan menciumi tengkuk dan punggungku berulang ulang melengkapi kenikmatan yang kurasakan. Pak Vincent memintaku memutarkan badan supaya posisi kami menjadi saling berhadapan dengan penisnya masih ada dalam kemaluanku. Kami berciuman sambil aku memeluknya, sedangkan tangan beliau memegang kedua buah pantatku sambil tetap menaik turunkan pinggulnya. Pelan-pelan gairahku timbul kembali dan mulai mengimbangi gerakan pinggulnya dengan menggerakkan pinggulku sendiri naik dan turun. “Ahhhh ….Mmmmmppphhhhhhh…… oohhhhhhh…..mmppppphhhh…” Kami meneruskan bersetubuh sambil terus berciuman. Makin lama ciuman kami makin panas, bibir kami saling melumat dan permainan lidah yang semakin liar. Gerakan penis pak Vincent semakin kasar, penisnya dengan keras menyodok-nyodok ke dalam liang senggamaku sedangkan pantatku ditekannya kebawah oleh tangan beliau. “Ohhhhhh ….ohhhhh….ohhhhhh….paaaa…. ohhhhh….baapaakk….aduuuhhhhh…” Aku hanya bisa mengerang nikmat tanpa berbuat apa-apa karena pak Vincent mengambil alih kendali. “Mellyy…. Saya mau keluarrrrrr” pak Vincent mengerang Aku rasakan tubuh pak Vincent bergetar keras sedangkan penisnya berdenyut-denyut dengan tidak kalah kerasnya. SROOOOOOTTT …SROOOTTT…….SROOOTTTT …semprotan demi semprotan air mani bossku kembali membanjiri rahimku “A..a..aahhhh..a..a..aahhhh…” pak Vincent mengerang tertahan Walaupun aku ltidak mendapat orgasme lagi yang berbarengan dengan ejakulasinya pak Vincent, aku tetap merasa puas karena sudah mendapat orgasmeku tadi. 

Aku lalu menciumi dan membelai-belai wajah bossku yang terlihat cukup kelelahan setelah bersetubuh denganku di air panas. Otot-otot liang senggamaku kembali aku kontraksikan untuk memijat-mijat penis pak Vincent yang juga sedang kelelahan di dalam tubuhku. Bossku itu kelihatannya sangat suka dengan apa yang aku lakukan, beliau lalu membalas ciumanku dan memelukku dengan mesranya. Beliau kemudian menciumi seluruh wajahku, leherku dan payudaraku serta menghisap-hisap putingnya sambil mengucapkan kepuasannya bersetubuh denganku. Sebagai wanita tentu saja aku merasa bangga bisa memuaskan beliau yang merupakan bossku sehari-hari walaupun sebenarnya aku juga sangat puas karena mendapat kenikmatan yang lebih tinggi dari yang aku biasa dapat kalau berhubungan badan dengan suamiku sendiri. Dengan posisiku tetap “menunggangi” beliau kami mengobrolkan berbagai hal, mulai dari pekerjaan sampai yang berkaitan kehidupan pribadi masing-masing, tentu saja sambil diselingi berciuman mesra. Pak Vincent sempat bertanya apakah aku pake pengaman, waktu aku balas dengan pertanyaan kenapa baru bertanya sekarang padahal beliau sudah dua kali menebar benihnya ? Beliau menjawab sambil tertawa bahwa karena aku sudah punya suami maka dia tidak terlalu khawatir kalau aku jadi hamil karenanya. Aku memang sekarang memakai IUD sebagai pengaman karena belum merencanakan punya anak lagi. Kemudian iseng-iseng beliau aku tanya, kalau aku lepas IUDnya apakah dia mau menghamili aku ? Jawabannya cukup mengagetkan tapi sangat menyenangkanku karena beliau bersedia “menyumbang” benihnya tetapi tidak mau menikahiku. Tetapi beliau bersedia berkomitmen untuk membantu biaya “anak biologisnya” itu. 

Setelah selesai berendam, kami lalu membersihkan badan dan berpakaian lagi untuk bersiap-siap pulang karena suamiku sudah akan menjemputku di tempat seminar tadi. Di tengah perjalanan pak Vincent memintaku melakukan oral seks, karena aku belum pernah melakukannya beliau lalu membimbingku mengenai cara melakukannya. Sesampainya di tempat parkiran tempat seminar, pak Vincent belum juga berejakulasi yang memaksaku untuk lebih agresif mengemut penisnya. Akhirnya beliau bisa ejakulasi dan memintaku meminum seluruh air maninya sampai habis. Ternyata suamiku juga sudah ada ditempat parkiran menjemputku sehingga membuatku agak panik dan dengan terburu-buru aku segera merapikan baju dan rambutku serta memakai lipstik lagi yang telah hilang menempel di penis pak Vincent. Setelah semuanya rapih kembali aku keluar dari mobil pak Vincent dan ambil jalan memutar dari parkiran yang tidak terlihat suamiku untuk masuk ke tempat seminar. Aku kemudian menghampiri suamiku seolah-olah baru selesai seminar dan mengajaknya berkenalan dengan pak Vincent … bossku di kantor dan di ranjang. 

Feli Janda yang Doyan Nyepong Kontol


Datok99Terpanas - Jam weker dimeja kamarku berdering pada jam 09.00 pagi, memang aku mensetting pada jam itu, karena tadi sampai terdengar adzan subuh aku masih belum bisa memejamkan mata untuk tidur. Aku menggeliatkan tubuhku terdengar kerotokan pada pinggangku, dengan malas aku bangkit dari tempat tidur… ups.. aku lupa kalau aku tadi tidur dengan tubuh telanjang bulat… kuliat tubuhku dari pantulan cermin besar.. mmm… dalam usia hampir kepala 4, kulihat tubuhku masih bagus dilihat… buah dadaku yang berukuran bra 36 B masih cukup kenyal, pinggangku masih ramping tak berlemak, pinggul dan pantatku kata mas Romy, almarhum suamiku adalah bagian yang terindah dari tubuhku, sangat seksi dan serasi dengan sepasang kakiku yang panjang… wajahku…? kata mas Romy lagi, katanya wajahku lebih pantas dibilang seksi daripada cantik… entahlah penilaian lelaki memang susah dijabarkan oleh perempuan….Sssssshhh… ooohhh… gila, lagi-lagi gairah birahiku meletup dengan tiba2… di depan cermin besar itu aku meremasi buah dada montokku sendiri yang kian mengencang… ammpuuuun… sudah 2 hari 2 malam ini aku sangat menderita karena birahi gila ini.  Agen Situs QQ 

 Entah berapa belas kali selama 2 hari 2 malam ini aku bermasturbasi…sampe tubuhku benar-benar loyo. Bahkan pada hari pertama aku sempat melakukan masturbasi di belakang kemudi mobil di tengah keramaian jalan tol, saking ngga ketahan… Semalam, dengan diiringi adegan-adegan syur film bokep koleksi almarhum mas Romy… aku melampiaskan hasrat birahiku secara swalayan, mungkin lebih dari 10 kali sampai pagi menjelang…Maka betapa jengkelku, sekarang belum setengah jam mataku terbuka, gejolak birahi itu meletup lagi… kali ini aku melawan, aku masuk kamar mandi, kuguyur tubuhku dengan shower air dingin… agak menggigil juga tubuhku…. Aku memang wanita berlibido tinggi. Sejak ABG aku sudah mengenal masturbasi… menjelang lulus SMU aku mengenal persetubuhan dan berlanjut menjadi doyan disetubuhi… Masa kuliahku adalah masa euphoria sex, karena aku kuliah di Bandung sementara orang tuaku di Jakarta… pada awal masa kuliahku, aku pantas dijuluki Pemburu Seks… beberapa kali aku diusir dari tempat kost yg berbeda, dengan sebab yg hampir sama… yang aku ingat, sore pulang kuliah diantar teman kuliahku, aku lupa namanya… pokoknya keturunan Arab… aku lupa bagaimana awal mulanya, aku bisa nyepong kemaluan Arab ganteng itu di dalam kamarku dalam keadaan pintu ngga terkunci dan pembantu ibu kost yg nyinyir itu nyelonong masuk kamarku utk menaruh pakaianku yg habis diseterikanya. 


Aku tengah terkagum-kagum dengan volume batang kemaluan Arab ganteng yang lebih besar dari lenganku dan minta ampun panjangnya. Malam itu juga aku disidang dan harus keluar dari rumah kost itu. Tapi buatku ga ada masalah karena malam itu si Arab ganteng memberikan tumpangan sementara di rumah kontrakannya… tentu saja gairah birahiku yang binal dimanjakan oleh Arab ganteng itu… sepanjang hari… bahkan sampai beberapa hari aku tinggal di rumah kontrakan si Arab ganteng yang berantakan… Kejadian yang lain pernah juga tengah malam, lagi seru-serunya ML sama cowok baruku… tiba-tiba pintu didobrak petugas ronda yang rupanya sudah lama memperhatikan kebiasaanku masukin cowok malam-malam… cowokku dengan tengilnya berhasil kabur… sementara aku lagi-lagi terpaksa harus cari kost baru lagi.

 Satu lagi yang ga bakal aku lupa, affairku dengan bapak kost, biar sudah tua tapi ganteng dan kontolnya gede.. dan yang membuatku bertekuk lutut… mmm… aksi ranjangnya boo’… selalu membuatku bangun kesiangan esoknya… sayang aku menikmati kencan ranjang dengan bapak kost baru tiga kali keburu ketangkap basah sama istrinya… abis siang bolong bapak itu ngajakin naik ranjang… apesnya lagi aku ga akan mampu menolak, kalo tetekku sudah kena diremasinya… baru mau dua kali aku mendapatkan orgasme… eeh…pintu di ketok-ketok dari luar dan terdengar suara ibu kost memanggil namaku… mendengar itu bapak kost yang sedang memainkan batang kemaluannya di liang memekku, jadi gugup dan efeknya justru membuatnya orgasme, untung gak telat nyabut… pejunya berhamburan di atas perutku banyak sekali…. bisa ditebak endingnya… aku harus angkat kaki dari rumah kost saat itu juga… Nasihat sahabat-sahabatku, banyak merubah perilaku seksualku yang liar… Dengan susah payah aku berhasil menekan hasrat birahiku yang memang luar biasa panas dan aku mengumbarnya… awalnya mana sanggup aku menahan seminggu tanpa aktivitas seksual… bakal uring-uringan dan kepala terasa pecah…

 Sampai akhirnya aku ketemu dengan mas Romy aktivis mapala kakak kelasku… ngga hanya sosoknya yang jantan… permainan ranjangnya pun luar biasa… permainannya yang agak kasar, mampu membuatku mengerang-erang histeris… Aku ga nyesel, harus nikah dengan mas Romy karena keburu hamil. Buktinya aku berhasil menyelesaikan kuliah, walaupun sambil mengasuh Bella buah cintaku dengan mas Romy. Status ekonomi kami pun tergolong bagus… Sampai akhirnya 5 tahun yg lalu, kecelakaan mobil di jalan tol merenggut mas Romy dari kami berdua… Selama 5 tahun menjanda, mungkin karena kesibukanku mengurus dan melanjutkan usaha mas Romy yang sedang menanjak pesat dan keberadaan Bella anak tunggalku sudah menginjak usia gadis remaja, aku hanya 2 kali terlibat affair dengan lelaki yg berbeda, itupun juga hanya having fun semata, penyegaran suasana disela-sela kesibukan bisnis… Kehidupan seksualku datar, tanpa gejolak… sesekali aktivitas masturbasi cukup memuaskanku… Setelah tubuh terasa segar, kukenakan kimono dan keluar kamar… ” Heee… Deka kamu disini..? kok ga sekolah..?” Kudapati Deka di belakang komputer Bella. Deka adalah kakak kelas Bella yang hampir setahun ini akrab dengan anak gadisku itu. Anak muda yang sopan dan pandai cerminan produk dari keluarga yang cukup baik dan mapan. 

” Iya tante, saya hari ini kebetulan banyak pelajaran kosong jadi bisa pulang lebih awal dan tadi Bella minta tolong saya nungguin tante yang lagi sakit.. kali aja butuh apa-apa” Sahut Deka sopan, membuatku terharu… Lumayan ngobrol dengan Deka, penderitaanku agak berkurang… ” Deka, kamu bisa mijit ga..? tolongin pijitin tante dong bentar… leher tante kaku…” pintaku ke Deka tanpa canggung, karena memang kami sudah akrab sekali, bahkan buatku Deka kaya anakku sendiri. Deka duduk menghadap punggungku pijatan demi pijatan kurasakan… tanpa kusadari sentuhan tangan lelaki muda itu terasa nikmat selayaknya sentuhan lelaki yang tengah membangkitkan birahi perempuan… aku mulai mendesah resah… percikan api birahi dengan cepat membakarku tanpa ampun…. sementara tanpa kusadari kimonoku sudah semakin melorot, terdesak tangan Deka yang kini memijit daerah pinggangku, atas permintaanku sendiri untuk memijit lebih turun…. uuuhh… dadaku terasa sesak.. akibat tete’ku yang semakin mengencang…. aku ingin ada yang meremasinya… Sssshhh.. ooohhh… gilaaa… ngga tahaann… kupegang kedua tangan Deka, tangan kiriku memegang tangan kirinya dan tangan kananku memegang tangan kanannya kutarik kedepan melingkari tubuhku dan kutangkupkan di buah dadaku… ” Eehh… tante…?” bisik Deka bingung dari belakang tubuhku ”Deka… tolong remasi tete’ tante…” desisku resah… merasakan sentuhan tangan lelaki pada buah dadaku yg tengah mengencang….


 Benar-benar hilang sosok Deka yang sehari-hari adalah pacar Bella anakku.. yang ada dibenakku saat itu Deka adalah lelaki muda bertubuh tegap… Ooouuh… Deka mulai meremasi kemontokan buah dadaku… ” Yaaaaahh.. hhh…hhh… enaaaak Dekkaa.. ulangi lagi sayaaang.. oooohhh….” tubuhku menggeliat resah… kugapai kepala Deka dan kutarik ke arah tengkukku yang terbuka karena rambutku kusanggul keatas… Deka tak menolak dan melakukan permintaanku untuk menciumi tengkukku.. ” Ciumi leher tante… hhhmmm..sssshhh.. yaaahh.. kecupin sayaaang.. aaaaccchh… sssshhh..” bisikan dan desah mesraku menuntun Deka melakukan apa yg kuminta…Aku makin gemas, tubuhku gemetaran hebat… baju kimonoku tinggal menutupi tubuh bawahku karena tali pinggangnya masih terikat. Kubalikkan tubuhku, sejenak kupandangi wajah ganteng Deka yang matanya terbelalak liar menatap tubuh bagian depanku dengan mimik yang tidak karuan. Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya dan dengan penuh gairah kusedot bibir manisnya… anak muda ini gelagapan menghadapi liarnya bibirku yang mengulum bibirnya dan nakalnya lidah ku yang menggeliat menerobos masuk rongga mulutnya… Tapi insting lelakinya segera mengantisipasi, segera dapat mengatasi seranganku. Baju seragam Deka dengan cepat kulepaskan dan… ooohh… dada yg gempal dan bidang dari salah satu tim inti basket di sekolahnya ini membuat gairahku semakin binal… Kudorong tubuh Deka untuk rebah di sofa… nafas jantannya mulai tak beraturan.. Mmm… pejantan muda ini mulai mengerang-erang dan tubuhnya menggelepar, tatkala bibir dan lidahku menjelajahi permukaan kulit dadanya, bongkahan dada jantannya kuremas dengan gemas..

 Aksi bibir dan lidahku terus melata sampai ke pusarnya… Sssshhh… celananya tampak menggembung besar.. entah ada apa dibaliknya..? jantungku berdegup semakin kencang melihatnya… dan mataku terbelalak dibuatnya, sampai aku harus menahan nafas, ketika resleting celana abu-abu itu terbuka… kepala kemaluan jantan menyembul keluar dari batas celana dalamnya…. Aku dengan tergopoh-gopoh karena tak sabar melorotin celana seragam sekalian dengan celana dalam putihnya sampai ke lutut Deka… Ohhh my God..! teriakku dalam hati… menyaksikan batang kemaluan Deka yang mengacung di antara pahanya… begitu macho, begitu gagah, begitu indah bentuknya… dengan kepala kemaluannya yang besar tampak mengkilat… Tanganku terasa gemetaran ketika hendak menyentuh nya… Kembali tubuh Deka menggerinjal kecil ketika tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… aku makin binal, kudekatkan wajahku untuk mengulum kepala kemaluan yang menggemaskan itu, sambil tetap tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… mendadak tubuh tegap itu meregang hebat diiringi erangan keras… dan bibirku yang setengah terbuka dan tinggal beberapa sentimeter dari kepala kemaluan itu merasakan semburan cairan hangat dengan menyebarkan aroma khas yg sangat kukenal dan kurindukan… apalagi kalo bukan peju lelaki… tanganku refleks mengocok batang kemaluan Deka makin cepat sambil tanganku yang lain mengurut lembut kantung pelirnya… Sementara kubiarkan peju yang sangat kental itu menyembur wajahku…. sesekali kusambut dengan lidahku… mmmm… rasa khas itu kembali dikecap oleh lidahku…


Terus terang aku sempat kecewa, dengan bobolnya peju Deka….Tapi beberapa saat batang kemaluan yang masih dalam genggamanku, kurasakan tak menyusut sedikitpun masih tetap keras… tanpa buang waktu, aku merangkak diatas tubuh Deka yang menggelosor di sofa… dengan posisi tubuh jongkok mengangkangi tubuh Deka, di atas kemaluan Deka… kutuntun batang kemaluan perkasa yang masih belepotan peju itu kearah liang memek ku yang sudah basah kuyup dari tadi… wooohh… ternyata kepala kemaluan itu terlalu besar untuk masuk ke liang memek ku… Akhirnya dengan sedikit menahan perih, akibat otot liang sanggama yang dipaksa membuka lebih lebar.. kujejalkan dengan sedikit memaksa ke liang sanggamaku yang sudah tak sabar untuk segera melahap mangsanya…. ” Iiiiihhh… bantu dorong sayang…. Oooooowwwwww…” Aku merengek panjang ketika sedikit demi sedikit amblas juga batang kemaluan Deka menembus liang sanggamaku.. diiringi rasa perih yang menggemaskan… ” Sssshhh… mmmhh… ayun pinggulmu keatas sayaaang..” kembali aku menuntun pejantan muda ini untuk memulai persetubuhan… ” Aaaww… aahh… ooww.. perlahan duluuu sayaaang… burung kamu gede banget… perih tauuk..” aku ngedumel manja… ketika Deka mengayun pinggulnya kuat sekali…

 Terasa tubuhku bagaikan baterai yang baru dicharge… aliran energi aneh itu mengalir menyebar ke seluruh tubuhku… membuat aku semakin binal memainkan goyangan pinggulku… sementara Deka ternyata cukup cerdas menyerap pelajaran, bahkan mampu segera mengembangkan… dengan posisi tubuhku diatas, membuatku sangat cepat mencapai orgasme… entahlah atau karena besarnya batang kemaluan Deka yang menyungkal rapat liang memek ku, sehingga seluruh syaraf dinding memek ku rata dibesutnya…
 Luar biasa..! dalam waktu kurang dari 5 menit setelah orgasmeku yang pertama, kembali aku tak dapat menahan jeritku mengantar rasa nikmatnya orgasme yang kedua… dan… hhwwwoooo…. aaaammmpppuuunnn..!!!! Rupanya Deka tak mampu menahan lebih lama jebolnya tanggul pejunya… tubuhku dihentak-hentakkan kuat sekali… seakan ingin memasukkan seluruh batang kemaluan sepeler-pelernya ke memek ku… diiringi erangan mirip suara binatang buas sekarat… Aku menangis menyesal setelahnya, berkali-kali Deka memohon maaf atas kejadian yang terjadi siang itu…Tapi anehnya gairah seksualku yang meletup-letup tak terbendung itu, mereda setelah kejadian siang itu… Aktivitas berjalan normal kembali, tapi sudah hampir seminggu ini, aku tak pernah melihat Deka datang ke rumah. ” Dia lagi sibuk Ma… dapat tugas antar jemput saudara sepupunya yang masih SD…” Jawab Bella ketika aku menanyakan tentang Deka yang tak pernah muncul… 

Terus terang saja, sejak kejadian itu… pikiranku sangat kacau, disisi aku sebagai Mama Bella aku sangat menyesal dan sedih atas kejadian itu, tapi disisi aku sebagai seorang wanita yang masih punya hasrat dan naluri betina yang utuh… aku tak ingin melupakan kejadian itu… bahkan aku berharap kejadian itu terulang lagi…. Hampir sebulan lamanya Deka tak muncul ke rumah, aku pun maklum, Deka sebagai remaja hijau, tentu mengalami shock dengan kejadian itu… disitulah muncul rasa berdosaku kepada Deka dan Bella anakku… Tapi jujur sejujurnya ada terselip rasa rinduku memandang wajah anak muda itu… Aku sering mengintip dari balik gorden jendela, saat Bella turun dari boncengan Deka… kenapa hatiku berdebar-debar dan sedikit desiran birahiku menggelegak… Pikiranku makin kacau… setelah beberapa kali kulihat Deka mulai nongkrong lagi dirumah… kulihat Deka masih salah tingkah di depanku, walaupun aku sdh berusaha menetralisirnya.. iiihhh tapi buat aku… otakku jadi ngeres begitu melihat wajah Deka yg innocent… betapa tidak… terbayanglah ekspresi wajahnya ketika tengah menyetubuhiku beberapa waktu yang lalu… ekspresi wajahnya yang begitu sensual dimataku pada saat dia melepas semburan spermanya… suara erangan dan nafas birahinya seakan nempel di telingaku…

 Maka kekacauan inilah yang mendorongku menerima tawaran Diego seorang rekan bisnisku untuk makan siang di sebuah hotel berbintang dan setelahnya akupun tak menolak ketika ia mengajakku memasuki sebuah president suite di hotel itu, dengan alasan untuk mencari ketenangan membicarakan pekerjaan… walaupun yang terjadi kemudian adalah rayuan-rayuan mautnya yang kusambut positif… dari remasan tangan… kecupan bibir… jilatan lidahnya yang nakal pada leherku… desah resahku… remasan gemasku… dan… lolosnya pakaian kami satu persatu… payudaraku yang mengencang akibat remasan tangan dan cumbuan bibirnya… hhmmm… jilatannya pada clitorisku… batang kemaluannya yang berbentuk indah, perkasa… memaksa bibirku untuk mengulumnya… ooowww… nikmat hentakan tubuhnya menekan tubuhku… sodokan kejantanannya pada liang kemalukanku mengantarkan kenikmatan orgasmeku dua kali berturut-turut… 2 jam kami melewatkan waktu untuk bercumbu siang itu, kekaguman Diego atas permainan ranjangku yang begitu hot dan lihay… beberapa kali aku berkencan ranjang dengan Diego lelaki tinggi besar berstyle dandy… kepuasan sex kuraih dengan sempurna dengan kelihayannya dia memperlakukan perempuan di atas ranjang… tapi bayangan sensual wajah bocah innocent bernama Deka itu tak juga sirna… Sampai pada suatu malam hujan turun dengan deras…


 Rupanya malam itu Deka sedang dirumah, berbincang dengan Bella di ruang tamu… sedangkan aku nonton TV diruang belakang… ” Ma, mas Dekaa mo pulang tuh…” terdengar suara Bella dari belakangku… ” Eh… pulang..? hujannya gede banget, tunggu reda aja.. jauh lagi rumah Deka..” jawabku spontan sambil bangkit dari dudukku berjalan ke ruang depan… kulihat jam memang sudah terlalu malam untuk bertamu… ” Dekaa… ujan begini lebat, udah malem lagi… ntar ada apa-apa di jalan… sudah deh Mama kasih kamu nginap disini, tidur di kamar atas, besok subuh Mama bangunin kamu…” ujarku, terdorong rasa sebagai orang tua yg khawatir kepada anaknya… Deka menunduk salah tingkah ga berani menolak.. ” Tapi Deka harus telpon rumah dulu tante…” sahutnya pelan… dan akhirnya justru aku yang menelpon kerumah Deka memintakan ijin orang tua Deka, yang ternyata menyambut baik… Malam semakin larut, sementara hujan semakin lebat disertai guntur dan kilatan petir… Aku tergolek di ranjang, tak dapat menutupkan mata… Siang tadi kembali Aku melewati kencan ranjang dengan Diego…. tapi… entah kenapa kali ini… susah sekali aku mencapai orgasme… sampai 2 kali Diego menumpahkan spermanya… sedangkan aku tak sekalipun.. Gilaaa… kenapa justru sekarang wajah bocah itu yang terbayang-bayang di malam dingin ini… iiihhh… birahiku meletup- letup gila… ampuuunn…

 Sekarang bocah itu ada di lantai atas… tunggu apa lagi..??? mmmm… bisikan setan.. aku tak mampu menahan tubuhku yang berjalan menapaki tangga… dan kini aku di depan pintu kamarnya… tanpa mengetuk kubuka pintu… ternyata Deka pun masih belum tidur… ” Deka kamu belum tidur..?” tanyaku gagap… kenapa aku jadi salah tingkah sekarang…? ” Tante juga belum tidur…?” sahutnya… iiihh… jawabannya begitu tegas… aahh… siapa yg menuntunku duduk di ranjangnya… mmm… darahku berdesir ketika tahu mata Deka menatap dada montokku yang memang tak mengenakan bra, sehingga puting susuku tercetak menonjol dibalik gaun tidurku yg memang berbahan tipis, sehingga semburat kecoklatan aura puting susuku pun nampak jelas, kembali aku kehilangan kontrol… dan entahlah bagaimana awalnya dan siapa yang mengawali…. bibirku sudah dalam lumatan bibir Deka… sergapan nafsu birahiku tak dapat kuelakkan dan remasan lembut tangan lelaki muda pada buah dadaku melambungkan gairah seksualku… gelitikan lidah nakalnya pada puting susuku membuat tubuhku menggeliat erotis disertai erangan manjaku… satu demi satu pakaian beterbangan meninggalkan tubuh kami… Aku begitu hot dan bergairah mencumbui tubuh pacar anakku itu… tapi aku sudah melupakan siapa Deka, yang aku tahu Deka adalah lelaki muda yang siap memenuhi kebutuhanku ooowww… aku tak menyangka kali ini Deka lebih lihay dan lebih berinisiatif melakukan serangan, sampai aku hampir tak percaya ketika Deka menyurukkan wajahnya di selangkanganku dan mencumbui bibir kemaluanku… ” Dekaaa…. sssshhh…. kamu piiiinteer sekarangg… ooohh.. ammpuunn nikmaaaatnyaa…” desahku merasakan nikmat cumbuan lidahnya pada clitorisku, membuat Deka tambah semangat…

Ketika permainan yang sesungguhnya berjalan… sebagai wanita dewasa yang telah berpengalaman menghadapi gairah lelaki… aku dibuat megap-megap menghadapi serangan pejantan muda ini… hajaran batang kemaluannya yang perkasa pada memek ku tak kenal ampun… membuat aku mengerang merintih bahkan menjerit setengah histeris… untung suara hujan yang lebat di timpa suara guruh meredam suaraku…. luluh lantak tubuhku dihajar aksi ganas Deka… tapi buatku adalah sebuah sensasi seksual yg sangat luar biasa.. yang mengantarku meraih dua kali kenikmatan orgasme…. tubuh telanjang kami terkapar lunglai di ranjang yang kusut spreinya, tak ada sesal kali ini… “Deka jujur sama Tante… setelah waktu itu kamu main sama perempuan mana…?” tanyaku datar dengan nada dingin. ” Aaah… nggak, sekali-sekalinya cuma sama Tante Feli..” jawab Deka agak gugup Menyebut namaku.. ” ga mungkin, kamu mendadak bisa begitu canggih mencumbu Tante…?” desakku… dan akhirnya Deka menceritakan pengalaman setelah pengalaman seksualnya yang pertama, Deka banyak nonton blue film dan otak cerdasnya banyak menyerap gaya dan cara bercinta dari film-film biru yang ditontonnya… “Mmmmm… kaciaaan… kamu tentunya kangen mencumbui Tante ya sayaang…?” bisikku sambil kudaratkan kecupanku ke bibirnya, tubuhku bergerak menindih tubuh atletis Deka, tubuhku direngkuh dan tubuh kami menempel ketat… kuajarkan permainan lembut… mmmm… anak pintar ini dengan cepat menguasai permainan baru yg kuajarkan… dengan telaten setiap inci tubuhku dirambahnya dengan remasan, gerayangan tangannya yang nakal… jilatan dan kecupannya merambah setiap bagian tubuhku yang sensitif… tubuhku menggeliat erotis… kadang menggelepar liar… rintihanku mulai terdengar… tak dapat kutahan desah gelisahku… diselingi jeritan gemas…

 ” Ayo sayaang…ahh..ahhh… Tante udah ga tahan…” bisikku lembut, setelah aku nggak tahan lagi merasakan kuluman dan jilatan Deka pada clitorisku… ” Aoooouuuhhh…Dekaaa….aahhh…aahhhh…” suaraku terdengar bergetar memelas… mataku meredup sayu menatap wajah imut Deka. Manakala memek ku untuk kesekian kalinya ditembus batang kemaluan bongsor milik Deka, namun kali ini Deka menekan pelan sekali, sehingga terjadi gesekan nikmaaaaat yang lama sekali… sehingga kedua kakiku yang melingkari pinggangnya seakan mengejang, tak tahan menahan kenikmatan yang luar biasa… “Enaaak Tante..?” bisiknya lembut sambil tersenyum manis, ketika liang sanggamaku sudah tak ada tempat lagi bagi batang kemaluannya… iiih… menggemaskan bibirnya… aku menjawab dengan mengangkat alis… bibirku kembali menyambar bibir yang menggemaskan itu… ciuman dan kuluman panjang dimulai, dorongan gelegak birahi kami memang luar biasa, permainan semakin panas dan semakin liar, ekspresi kami total menyembur tanpa kendali…kembali tubuhku dihentak-hentak oleh tenaga perkasa Deka dengan garangnya… jeritan dan rintihan ku silih berganti ditimpa dengus nafas birahi Deka yang mengeros buas… “Aaaahhhkkk….

 Dekaaa ssaayaang…. aammppuuunn…ooowww… ssshhh… niiikmaaat banggeet ssiih…???” rengekku dengan suara memelas, namun tarian pinggulku dengan gemulai masih dengan sengit mengcounter rajaman batang kemaluan Deka di liang sanggamaku sehingga terdengar bunyi berceprotan di selangkanganku… gillaaa.. susah untuk kuceritakan sensasi malam itu… “Tante…ahhh…ahh.. Deka ampiir… sssshhh..” desis Deka dengan suara bergetar… matanya garang menatapku… iiihhh mengerikan, tapi aku sngat menyukai ekspresi ini ” Ayoooo sayaanggg…. semburkan bareng Tante… ooouuuuhhhh….!!” Ya ammppuuun… mengerikan sekali… tubuhku terguncang-guncang hebat, akibat hentakan tubuh Deka menghajar liang sanggamaku pada detik puncak… mulutku menganga lebar tanpa suara, tanganku mencengkeram erat pinggiran ranjang…. dan entah apa yang terjadi, karena pada saat itu orgasmeku pun meletus dahsyat… Entah berapa lama suasana hening, hanya suara nafas kami terengah-engah yg terdengar…. hujan di luar rupanya sudah berhenti juga…. ” Tante… boleh Deka pulang sekarang, hujan kayaknya sudah berhenti…” suara Deka memecah keheningan… ” Hmmm… sebenernya Tante masih pingin meluk kamu, pingin cumbuin kamu sayaaang… ini ditinggal buat Tante aja yah..?” sambil kuremas batang kemaluan yg masih sembab…